BPH Migas Soal Proyek BBM Pertamax Green 92: Idealnya Disubsidi

Bloombergtechnoz.com , Jakarta – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengamini terdapat wacana pemberian subsidi kepada Pertamax Green 92, bahan bakar ramah lingkungan yang kabarnya akan dikembangkan PT Pertamina (Persero).

Anggota BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, secara ideal, pemerintah memang seharusnya memberikan subsidi kepada bahan bakar minyak (BBM) yang lebih berkualitas.

Dengan demikian, kata Saleh, muncul wacana termasuk dari Pertamina untuk mengkaji peralihan dari Pertalite kepada bahan bakar dengan research octane number (RON) 91 ke atas.

“[Rencana menggeser anggaran kompensasi Pertalite ke] Pertamax Green 92, memang idealnya yang diberikan subsidi itu BBM yang lebih berkualitas, idealnya begitu,” ujar Saleh saat ditemui di ICE BSD, Selasa (14/5/2024).

Makanya, muncul wacana termasuk dari Pertamina untuk mengkaji perubahan dari Pertalite ke RON 91 ke atas sesuai Peraturan Menteri KLHK No. 20/2017 tentang Emisi, itu pegangan, sulfurnya sekian tetapi RON 91 ke atas.”

Saleh menganggap wacana peralihan subsidi dari Pertalite ke Pertamax Green 92 merupakan rencana baik. Terlebih, bila pemerintah memiliki rencana untuk menjadikan Pertamax Green 92 sebagai jenis BBM khusus penugasan (JBKP) pengganti Pertalite.

Pertimbangkan Infrastruktur

Namun, pemerintah tentu perlu mempertimbangkan kesiapan infrastruktur, harga, dan ketersediaan bioetanol.

“Pemerintah perlu mempetimbangkan harga, kesiapan infrastruktur dalam negeri, bioetanol terutama kan 5%—7%, harus dipikirkan sumber dari mana dan harga. Namun, menurut saya, secara personal, itu bagus ya ,” ujar Saleh.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengonfirmasi pemerintah tengah melakukan perhitungan untuk memberikan subsidi kepada bahan bakar bioetanol calon pengganti Pertalite atau Pertamax dalam beberapa tahun ke depan.

Luhut mengatakan peralihan dari Pertalite ke bioetanol menjadi target pemerintah untuk menyelesaikan masalah polusi udara.

“Nanti kita lihat dahulu [untuk pengganti Pertalite atau Pertamax]. Harus ke sana larinya [etanol dicampur dengan Pertalite]. Ya, tetap kita subsidi [BBM bioetanol], lagi kita hitung supaya targetnya yang kita subsidi adalah orang yang pantas disubsidi,” ujar Luhut saat ditemui di Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024).

Menurut Luhut, BBM bioetanol bisa dikembangkan melalui berbagai bahan baku seperti jagung, tebu, hingga rumput laut. Luhut juga menggarisbawahi pemerintah tengah mengembangkan 2 juta hektare (ha) lahan tebu di Merauke, Papua Selatan.

Menurut Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan memang bertujuan untuk menyiapkan bahan baku biofuel pengganti Pertalite atau Pertamax yang bakal mulai digunakan pada 2027.

 

Selengkapnya : https://www.bloombergtechnoz.com/detail-news/37979/bph-migas-soal-proyek-bbm-pertamax-green-92-idealnya-disubsidi/2

Share.