Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli mendorong agar kegiatan eksplorasi untuk menambah cadangan nikel di Indonesia dapat dilakukan. Hal tersebut mempertimbangkan sisa umur cadangan nikel RI yang cukup kritis.
Setidaknya ada beberapa kegiatan eksplorasi yang dapat dilakukan. Misalnya yakni eksplorasi yang dilakukan di area brown field atau eksplorasi lanjutan oleh perusahaan yang sudah dapat Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan eksplorasi Green field, di daerah-daerah baru yang memang belum dilakukan eksplorasi.
“Ini masih banyak daerah-daerah baru yang belum dieksplorasi terutama yang di daerah Indonesia Timur ya Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kita baru sekitar 34% wilayah potensial yang memiliki sumber daya nikel itu yang baru dilakukan eksplorasi sehingga perlu segera dikembangkan ke arah sana,” kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, Selasa (5/9/2023).
Menurut Rizal, dengan masih banyaknya wilayah di Indonesia yang belum dilakukan eksplorasi, ia berharap Kementerian ESDM dapat segera melakukan penunjukan langsung maupun lelang wilayah. Sehingga kegiatan eksplorasi untuk menemukan sumber cadangan nikel baru dapat segera terealisasi.
“Kenapa? Karena kegiatan eksplorasi ini memakan waktu yang lama bisa antara 6 sampai 8 tahun baru kita tahu berapa besar cadangannya,” katanya.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan moratorium smelter nikel baru nantinya hanya akan menyasar pada smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).
“Itu sekarang jumlahnya sudah sangat banyak, dari data kami jumlah udah hampir 97 proyek ya. Jadi ya tentu kita harus pertimbangkan segitu banyak apakah ada cadangan atau enggak ya,” kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (23/8/2023).
Meski begitu, Agus memastikan pemerintah akan tetap membuka pembangunan smelter baru untuk jenis lainnya. Misalnya smelter nikel dengan teknologi hidrometalurgi atau yang dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Tidak diartikan bahwa seluruh smelter ditutup yang dihimbau oleh Pak Menteri adalah yang pirometalurgi tapi tidak hidrometalurgi. Hidrometalurgi kita tetap masih terbuka untuk itu,” katanya.
Ia pun memperkirakan daya tahan cadangan nikel Indonesia hanya berada pada kisaran 10-15 tahun saja. Oleh sebab itu, kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru penting untuk segera dilakukan.
“Tadi sudah disampaikan bahwa cadangan diperkirakan antara 10 sampai 15 tahun hitungan dari Minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat,” tambah Agus.
Selengkapnya:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20230906102816-4-469755/esdm-diminta-buka-lelang-wilayah-tambang-nikel-ini-alasannya