Jakarta, cnbcindonesia.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal memoratorium pembangunan smelter nikel baru. Utamanya smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi).
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah menjelaskan pembatasan pembangunan smelter nikel baru jenis ini perlu segera dilakukan. Hal tersebut mempertimbangkan sisa cadangan bijih nikel RI yang hanya mampu hingga 15 tahun ke depan.
“Yang diimbau oleh Pak Menteri itu adalah yang menggunakan proses pirometalurgi yaitu yang tadi disebutkan dengan RKEF,” ujar Agus dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (23/8/2023).
Menurut dia pembatasan smelter baru jenis ini sangat penting untuk segera dilakukan. Hal tersebut lantaran jumlah smelter yang menggunakan teknologi tersebut sudah cukup banyak keberadaanya.
“Itu memang teknologi yang sudah lama sekali ya mungkin sudah 30-40 tahun kita memiliki itu. Nah dan itu sekarang jumlahnya sudah sangat banyak, dari data kami jumlah udah hampir 97 proyek. Jadi ya tentu kita harus pertimbangkan,” kata dia.
Meski begitu, Agus memastikan pemerintah akan tetap membuka pembangunan smelter baru untuk jenis lainnya. Misalnya smelter nikel dengan teknologi hidrometalurgi atau dikenal dengan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Tidak diartikan bahwa seluruh smelter ditutup yang dihimbau oleh Pak Menteri adalah yang pirometalurgi tp tidak hidrometalurgi. Hidrometalurgi kita tetap masih terbuka untuk itu,” katanya.
Mengutip Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), komoditas nikel Indonesia ini menjadi yang terbesar ke-1 di dunia atau setara dengan 23% cadangan di dunia.
Nikel memiliki total sumber daya 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam. Komoditas ini sendiri masih memiliki wilayah yang belum dieksplorasi atau greenfield antara lain daerah yang memiliki kandungan nikel Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Selengkapnya: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230823095618-4-465321/menteri-esdm-imbau-setop-pembangunan-pabrik-nikel-baru