Jakarta, cnbcindonesia.com – Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, hasil hilirisasi tembaga melalui fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur akan diserap oleh industri dalam negeri.
Selain industri copper foil, tembaga hasil dari smelter PTFI itu bisa diserap oleh industri kabel sebagai bagian dari komponen kendaraan listrik (electric vehicle/EV). “Yang kedua, kita mau bikin lagi pabrik kabel untuk bagian daripada komponen mobil listrik. Apalagi di sini kan kita mempunyai alumina. Ini kita akan tune kan semua nih,” terangnya.
Lebih lanjut, kata Bahlil, akan ada industri penyerap tembaga lainnya bahkan hingga industri elektronik di Indonesia yang bisa meningkatkan nilai tambah dari program hilirisasi yang tengah digenjot oleh pemerintah. “Nah ke depannya kita akan dorong investasi yang sampai di tingkat hilir. Sampai di tingkat kabel, macam-macam. Kemudian elektronik, kita akan dorong ke sana,” tandasnya.
Asal tahu saja, PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi mengoperasikan pabrik konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki desain single line yang merupakan terbesar di dunia.
Smelter kedua yang dibangun PTFI setelah smelter PT Smelting ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh.
Nantinya, produk katoda tembaga yang dihasilkan dapat mencapai 600 ribu ton per tahun. Selain menghasilkan produk katoda tembaga, smelter ini juga bakal menghasilkan produk sampingan, seperti produk yang terkandung dalam lumpur anoda, yakni emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun.
Produk sampingan lainnya adalah asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun.
Mengutip laporan PTFI, nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar yang menempati lahan seluas 100 hektare itu sudah mencapai US$3,7 miliar atau sekitar Rp59,9 triliun (asumsi kurs Rp16.213/US$).
Selengkapnya: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240801092751-4-559424/pabrik-tembaga-raksasa-beroperasi-bahlil-siapkan-industri-penyerapnya