SKK Migas Akui Kebutuhan Gas Bumi di Indonesia Stagnan, Berikut Datanya

TEMPO.CONusa Dua – Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan komersialisasi gas bumi menjadi salah satu pendukung target jangka panjang lembaganya. SKK Migas menargetkan untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.

“Produksi tersebut akan diprioritaskan untuk pembeli dalam negeri. Tantangannya, kebutuhan gas bumi dalam negeri cenderung stagnan,” ujar dia di acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, pada Jumat, 25 November 2022.

Sejak 2012, Dwi berujar, rata-rata pertumbuhan pemanfaatan gas bumi oleh pembeli dalam negeri hanya 1 persen per tahun. Pertumbuhan ini lebih rendah ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 4-5 persen per tahun.

“Sehingga perlu ada terobosan dari seluruh pihak untuk meningkatkan kebutuhan pembeli gas bumi di dalam negeri,” kata Dwi.

Berbagai Kesepakatan untuk Tingkatkan Lifting Migas

Di pun mengungkapkan, ada 28 kesepakatan komersial yang ditandatangani dalam acara The 3nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di Bali untuk mendukung industri minyak dan gas bumi. Perjanjian tersebut akan menghasilkan lifting minyak dan kondensat sebesar 265 ribu barel per hari serta perkiraan total lifting gas bumi sebesar 390 miliar british thermal unit (TBTU).

Kesepakatan tersebut mencakup sepuluh dokumen yang berisi Prosedur Election Not To Take in Kind (ENTIK). Ini merupakan perjanjian yang mengatur tugas dan tanggung jawab antara SKK Migas dan Kontraktor KKS sebagai Penjual Minyak Mentah dan Kondensat bagian Negara. Serta, 18 dokumen perjanjian jual-beli gas bumi (PJBG), amandemen PJBG, heads of agreement (HoA), serta memorandum of understanding (MoU) untuk gas pipa, LNG, dan LPG antara penjual dan pembeli.

“Potensi penerimaan mencapai US$ 2,3 miliar,” ucap Dwi.

Penandatanganan kontrak itu, kata Dwi, tidak hanya menghasilkan kesepakatan. Namun yang terpenting, kata dia, adalah mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Minyak mentah dan kondensat yang terjual seluruhnya akan disuplai untuk kebutuhan domestik.

Sementara itu, gas yang terjual sebagian akan dipasok ke pabrik pupuk dan petrokimia di Sumatera Selatan dan Sulawesi Tengah untuk pengembangan industri di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Tengah, serta mendukung kelistrikan di PLN. Sedangkan LPG dari Sumatera Selatan rencananya akan dipasok untuk kebutuhan dalam negeri. “Ini menunjukkan komitmen hulu migas dalam menjaga ketahanan energi nasional,” kata Dwi.

Selain itu, kesepakatan ini menunjukkan koordinasi yang baik antara SKK Migas, pembeli, dan penjual. SKK Migas berharap kerja sama tersebut terus dijaga dan ditingkatkan untuk memastikan seluruh produksi minyak, gas bumi, dan LPG dapat dimonetisasi dengan optimal.

Share.