SKK Migas Sebut BUMN Rusia Zarubezhneft Tetap di Blok Tuna

Bloombergtechnoz.com, Jakarta – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan BUMN Migas Rusia, JSC Zarubezhneft, tetap berada di proyek Blok Tuna setelah sebelumnya menyatakan akan hengkang.

“Jumat kemarin kami sudah dapat gambaran dari Harbour, most likely [kemungkinan besar]ZAL [Zarubezhneft Asia Limited] masih stay [tetap]di [blok]Tuna,” kata Kepala Divisi Prospektivitas Migas dan Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas Asnidar kepada Bloomberg Technoz, Selasa (17/6/2025).

Blok gas di Laut Natuna utara yang berdekatan dengan Vietnam tersebut dioperatori oleh afiliasi Habour Energy di Indonesia, Premier Oil Tuna B.V., dengan hak partisipasi 50%. Sementara itu, Zarubezhneft melakukan investasi lewat anak usahanya di Asia, ZN Asia Ltd. dengan hak partisipasi 50%.

Menurut keterangan SKK Migas, salah satu mitra Blok Tuna bakal melakukan farm out atau penjualan hak partisipasi.  Proses farm out sebelumnya ditargetkan rampung pada akhir Mei 2025, setelah prosesnya cukup lama tersendat.

Dia menuturkan nantinya salah satu pihak akan membeli hak partisipasi lainnya. Akan tetapi, Asnidar tidak menerangkan lebih lanjut ihwal jual-beli hak partisipasi tersebut.

“Salah satu pihak yang akan melanjutkan, namun resminya belum kami terima dari KKKS,” ujarnya.

Bloomberg Technoz telah meminta konfirmasi ihwal kelanjutan proyek Blok Tuna kepada Acting Goverment Affairs Senior Manager Harbour Energy Ali Nasir. Hanya saja permohonan konfirmasi belum ditanggapi sampai berita ini tayang.

Blok Tuna diestimasikan memiliki potensi gas di kisaran 100—150 million standard cubic feet per day (MMSCFD), menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Adapun, investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional ditaksir mencapai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun.

SKK Migas sempat mengatakan target produksi atau onstream dari Blok Tuna berpotensi mundur dari 2026 ke 2027, menyusul ketidakpastian investasi Zarubezhneft di proyek tersebut.

Kendati demikian, tiga perusahaan—baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri — sebelumnya sempat dikabarkan berpotensi menjadi mitra baru yang akan menggarap Blok Tuna. Termasuk di antaranya calon investor dari Vietnam.

Di sisi lain, Harbour sendiri sudah memutuskan untuk mengundur investasi akhir atau final investment decision (FID) terhadap pengembangan Blok Tuna hingga 2025.

Pemerintah Indonesia padahal telah memberikan persetujuan untuk rencana pengembangan atau plan of development (PoD) Blok Tuna sejak Desember 2022.

Lewat keterbukaan informasi pada Agustus 2023, Harbour tidak menampik jika pengunduran rencana investasi itu merupakan imbas sanksi Uni Eropa (UE) dan Inggris terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Hal ini berdampak pada salah satu mitra perusahaan tersebut di Blok Tuna yang merupakan BUMN Migas asal Rusia, Zarubezhneft.

“Di tempat lain di Indonesia, kami berupaya untuk mengembangkan rencana pengembangan lapangan yang telah disetujui untuk penemuan Tuna kami yang terkena dampak sanksi UE dan Inggris,” ujar Chief Executive Officer (CEO) Harbour Energy, Linda Zarda Cook.

“Kami terus melakukan diskusi konstruktif dengan Pemerintah Rusia sebagai mitra kami, dan Pemerintah Indonesia untuk mencapai solusi, tetapi tidak mengantisipasi untuk dapat memulai FID hingga tahun depan [2024], yang berarti potensi keputusan investasi akhir akan diambil pada 2025,” kata dia.

Pada perkembangan lain, SKK Migas juga memastikan Zarubezhneft sudah menyatakan niat untuk kembali berinvestasi ke hulu migas di Indonesia, meskipun belum tentu akan melalui proyek Blok Tuna lagi.

Indikasi kembalinya Zarubezhneft ke hulu migas RI terendus dari masuknya perusahaan itu ke dalam daftar 25 calon investor hulu migas yang sudah menunjukkan minatnya kepada SKK Migas belum lama ini.

Share.